Kamis, 22 April 2010

Kalung Anisa.

Ini cerita tentang Anisa, seorang gadis kecil yang
ceria berusia Lima tahun. Pada suatu sore, Anisa
menemani Ibunya berbelanja di suatu supermarket.
Ketika sedang menunggu giliran membayar, Anisa
melihat > sebentuk kalung mutiara mungil berwarna putih
berkilauan, tergantung dalam sebuah kotak berwarna
pink yang sangat cantik. Kalung itu nampak begitu
indah, sehingga Anisa sangat ingin memilikinya.
Tapi... Dia tahu, pasti Ibunya akan berkeberatan.
Seperti biasanya, sebelum berangkat ke supermarket dia
sudah berjanji tidak akan meminta apapun selain yang
sudah disetujui untuk dibeli.

Dan tadi Ibunya sudah menyetujui untuk membelikannya
kaos kaki ber-renda yang cantik. Namun karena kalung
itu sangat indah, diberanikannya bertanya.
"Ibu, bolehkah Anisa memiliki kalung ini ? Ibu boleh
kembalikan kaos kaki yang tadi... " Sang Bunda segera
mengambil kotak kalung dari tangan Anisa. Dibaliknya
tertera harga Rp 15,000.

Dilihatnya mata Anisa yang memandangnya dengan penuh
harap dan cemas.Sebenarnya dia bisa saja langsung
membelikan kalung itu, namun ia tak mau bersikap tidak
konsisten... "Oke ... Anisa, kamu boleh memiliki
Kalung ini. Tapi kembalikan kaos kaki yang kau pilih
tadi. Dan karena harga kalung ini lebih mahal dari
kaos kaki itu,Ibu akan potong uang tabunganmu untuk
minggu depan. Setuju ?"
Anisa mengangguk lega, dan segera berlari riang
mengembalikan kaos kaki ke raknya. "Terimakasih. ..,
Ibu" Anisa sangat menyukai dan menyayangi kalung
mutiaranya.. Menurutnya, kalung itu membuatnya nampak
cantik dan dewasa. Dia merasa secantik Ibunya. Kalung
itu tak pernah lepas dari lehernya, bahkan ketika
tidur.

Kalung itu hanya dilepasnya jika dia mandi atau
berenang. Sebab,kata ibunya, jika basah, kalung itu
akan rusak, dan membuat lehernya menjadi hijau...

Setiap malam sebelum tidur, ayah Anisa membacakan
cerita pengantar tidur. Pada suatu malam, ketika
selesai membacakan sebuah cerita, Ayah bertanya
"Anisa..., Anisa sayang Enggak sama Ayah ?"
"Tentu dong... Ayah pasti tahu kalau Anisa sayang Ayah!"

"Kalau begitu, berikan kepada Ayah kalung mutiaramu...
"Yah..., jangan dong Ayah ! Ayah boleh ambil "si
Ratu" boneka kuda dari nenek... ! Itu kesayanganku juga
"Ya sudahlah sayang,.... ngga apa-apa !". Ayah mencium
pipi Anisa sebelum keluar dari kamar Anisa. Kira-kira
seminggu berikutnya, setelah selesai membacakan
cerita, Ayah bertanya lagi, "Anisa..., Anisa sayang
nggak sih, sama Ayah?"
"Ayah, Ayah tahu bukan kalau Anisa sayang sekali pada
Ayah?".
"Kalau begitu, berikan pada Ayah Kalung mutiaramu."
"Jangan Ayah... Tapi kalau Ayah mau, Ayah boleh ambil
boneka Barbie ini.."Kata Anisa seraya menyerahkan
boneka Barbie yang selalu menemaninya bermain.

Beberapa malam kemudian, ketika Ayah masuk ke
kamarnya, Anisa sedang duduk di atas tempat tidurnya.
Ketika didekati, Anisa rupanya sedang menangis
diam-diam. Kedua tangannya tergenggam di atas
pangkuan. air mata membasahi pipinya..."Ada apa Anisa,
kenapa Anisa ?"
Tanpa berucap sepatah pun, Anisa membuka tangan-nya.
Di dalamnya melingkar cantik kalung mutiara kesayangannya
" Kalau Ayah mau...ambillah kalung Anisa" Ayah
tersenyum mengerti, diambilnya kalung itu dari tangan
mungil Anisa. Kalung itu dimasukkan ke dalam kantong
celana. Dan dari kantong yang satunya, dikeluarkan
sebentuk kalung mutiara putih...sama cantiknya dengan
kalung yang sangat disayangi Anisa..."Anisa. .. ini
untuk Anisa. Sama bukan ? Memang begitu nampaknya,
tapi kalung ini tidak akan membuat lehermu menjadi
hijau"

Ya..., ternyata Ayah memberikan kalung mutiara asli
untuk menggantikan kalung mutiara imitasi Anisa.

Demikian pula halnya dengan Allah S.W.T. terkadang Dia
meminta sesuatu dari kita, karena Dia berkenan untuk
menggantikannya dengan yang lebih baik. Namun,
kadang-kadang kita seperti atau bahkan lebih naif
dari Anisa : Menggenggam erat sesuatu yang kita anggap
amat berharga, dan oleh karenanya tidak ikhlas bila
harus kehilangan. Untuk itulah perlunya sikap ikhlas,
karena kita yakin tidak akan Allah mengambil sesuatu
dari kita jika tidak akan menggantinya dengan yang
lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar