Dampak CAFTA lebih banyak untung atau rugi buat Indonesia? 10
Menarik +2 free7 free7
Rabu, 3 Feb '10 09:06
Awal tahun 2010 yang merupakan saat mulai diberlakukanya China ASEAN Free Trade Area atau CAFTA sampai hari ini masih menimbulkan banyak kontroversi pendapat terutama dari kalangan pebisnis di Indonesia. Buat diri saya sendiri karena wiraswasta di bidang jasa, dampak CAFTA ini tidak masalah , malah lebih berdampak positif. Tapi mungkin kondisinya akan berbeda buat saudara-saudara yang berkecimpung didunia produksi atau jika dilihat dampaknya dari stabilitas ketenagakerjaan
Tapi untuk perekonomian global Indonesia bagaimana sebetulnya dampak CAFTA ini ?
Manfaat positif lainnya dari pemberlakukan CAFTA bisa diprediksikan bahwa sejumlah produk barang dan jasa buatan Indonesia akan lebih mudah memasuki pasaran domestik China. Produk-produk hasil perkebunan seperti kakao, minyak kelapa sawit dan lain-lain misalnya.akan lebih mudah diterima dan dibeli konsumen China sebab lebih kompetitif.
Sedangkan faktor kerugian yang banyak dikhawatirkan masyarakat Indonesia adalah masalah ketenagakerjaan , yaitu akan meningkatnya PHK dan pengangguran. Tapi karena kenyataanya pemerintah memang tetap memberlakukan CAFTA ini , maka diluar itu semua pemberlakuan CAFTA bisa dilihat dari manfaat positifnya yang mungkin saja lebih besar ketimbang efek negatifnya.
Jika kita kembali mencoba melihat sisi positif dari CAFTA maka bisa kita analisa bahwa jika dikatakan CAFTA akan berdampak negatif, maka hal itu karena mayoritas industri Indonesia mempunyai kesamaan dengan apa yang dihasilkan industri China. Maka bukankah itu bisa dijadikan motivasi Indonesia untuk lebih membangun masyarakat yang lebih produktif dan kreatif serta mandiri secara ekonomi.
Saya malah berharap diberlakukanya CAFTA bisa menjadi pemicu motivasi bangsa Indonesia untuk migrasi dari budaya konsumtif menjadi bangsa yang lebih produktif .
Mungkin sesuatu yang nampak sepele ,seperti mengimpor buah-buahan yang identik dengan lifestyle seperti buah-buahan, Apel, Peer,Anggur, Dll , itu kan sama saja malah memberikan subsidi kepada petani bangsa lain, mengapa anggaran impor itu tidak dialihkan untuk mensubsidi petani Indonesia sendiri, toh rakyat tidak akan kekurangan gizi kalaupun tidak makan buah-buahan itu, kita juga punya buah-buahan bergizi tinggi seperti pisang, nanas, DLL.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar